Kamis, 10 Juni 2010

Rina Wien Kusdiani

Ia terlibat Islam Jamaah/LDII pada tahun 1977 ketika seorang temannya datang memperkenalkan pengajian kepadanya. “Saya saat itu sangat ingin mempelajari agama. Kok datang temen saya, dan pengajarannya bagus,” kata Rina.

Akan tetapi, setelah lama kemudian ia merasa seperti yang dikatakannya, “Ada yang tidak beres dalam ajaran yang saya peluk ini,” tutur Rina yang berkaca mata itu. Misalnya, soal keamiran yang menurut dia mirip kepausan (Katolik), juga pemaksaan pajak 10% dan pengafiran kepada orang lain yang tidak sealiran. Rina mengaku pernah dua kali menghadap Imam Nurhasan yang dikiranya bisu itu, di kompleks Islam Jamaah/LDII di Karawang. Adapun kebisuan Nurhasan itu terjadi setelah peristiwa Malang: ia dipermak di sana, dengan ilmu gaib segala, akibat melarikan gadis cantik kemenakan CPM ke Garut (Tempo, 15 September 1979). Rina berkomentar, “Saya lihat orangnya kelihatan agak sok.” Rina juga mengaku pernah diintimidasi setelah keluar dari aliran sesat ini. “Tetapi, saya tidak takut. Kita kini harus terbuka, dan dalam mencari kebenaran harus melalui proses yang wajar.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar